Senin, 02 Agustus 2010

"Styrofoam" si praktis yang membahayakan

Praktis, ringan, tidak repot tinggal buang... itulah alasan sebagian pedagang makanan kaki lima, menggunakan styrofoam untuk wadah makanan jualannya. Kita tentunya mengakui bahwa wadah ini sudah sangat bermasyarakat, dari mulai restoran highclass, restoram jepang, warung makan, sampai ke tingkat pedagang makanan kaki lima sudah mengenal wadah ini. Tak ada maksud untuk merugikan pihak tertentu tidak lain hanya sebagai informasi agar masyarakat lebih tahu dan bisa memilih makanan dan kemanan wadah yang digunakan.

Perlu di ketahui bahwa ada prinsip-prinsip untuk menghasilkan sebuah makanan yang sehat, kalau saya pribadi lebih senang menyebutnya Hygiene Sanitasi Makanan, mungkin dalam bidang keilmuan yang lain istilahnya akan berbeda pula. Ya prinsip sederhana yang terkadang bahkan sering orang lupakan, ternyata dalam mengolah bahan makanan dan membuatnya menjadi makanan jadi, tidaklah sesimpel yang kita bayangkan. Tentunya kita harus melihat dimana kita membeli bahan makanan, apakah tempatnya bersih atau tidak, apakah ada label halalnya, apakah terdaftar, dan paling penting tanggal kadaluarsanya, kesemuanya haruslah kita perhatikan ketika kita hendak membeli bahan makanan, tidak hanya itu semua proses dan perjalanan panjang dari bahan makanan hingga menjadi makanan yang siap disantap harus pula diperhatikan, pengangkutannya, penyimpanan bahan makanannya, pengolahannya, hingga penyajian, bahkan ke pengangkutan makanan jadinya ke konsumen, hingga wadah yang digunakan haruslah diperhatikan. Terlihat rumit memang tetapi sebenarnya tidak, proses itu sebenarnya secara tidak sadar sudah kita lakukan dalam mengolah makanan, hanya saja kita kurang menjaga terutama kebersihannya, kebersihan diri, tempat/ruangan dan alat yang digunakan. Tentunya tujuan itu semua tidak lain adalah untuk menghasilkan makanan yang tidak hanya enak tapi sehat, aman , dan berkualitas.

Kembali ke Styrofoam yuk... Berawal dari sebuah tugas, dan menemukan ... ternyata banyak lho... para pedagang makanan jajanan kaki lima di SD-SD, yang menggunakan wadah ini sebagai wadah makanan jualanya. "Fom" para pedagang itu lebih mengenal wadah styrofoam itu dengan sebutan itu. Mereka menggunakan itu untuk wadah mie instan (panas-panas langsung tumplek). Alasannya praktis, tidak repot, dan anak-anak suka, ketika kita datang ke warung-warung ini, apalagi pada saat jam istirahat, kita akan melihat betapa bejubelnya warung mereka.. di penuhi dengan anak-anak yang ingin membeli mie pada wadah styrofoam ini. kadang penjualnaya tidak hanya satu tapi 2 - 4 penjual dalam satu SD, menjajakan jenis makanan yang sama dengan wadahnya yang sama pula, kesemuanya laris dan laku keras. Lalu pertanyaan itu pun muncul, kira-kira apa yang terjadi ya dengan anak-anak kelak.. apakah mereka akan menjadi mutant atau apa... hehe itu semua hanya hiperbola. Yang jelas wadah itu tidak aman.

Sebuah artikel pada situs Depkes menyebutkan bahwa pada styrofoam ditemukan kandungan dioctyl phthalate (DOP) yang menyimpan zat benzen, suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan. Benzen ini juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses (kotoran) atau urine (air kencing). Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker.

Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah.

Pada beberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia.

Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.

Bila terkena suhu tinggi, pigmen styrofoam akan bermigrasi ke makanan. Bila makanan yang baru digoreng ditempatkan di kantong plastik, suhu minyak yang tinggi akan menghasilkan kolesterol atau lemak jenuh yang tinggi pula yang mudah larut dengan bahan dasar Styrofoam, styren.

Styren, bahan dasar styrofoam, memang bersifat larut lemak dan alkohol. Karena itu, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu pun dengan kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi panasnya dalam wadah ini.

Makanan yang mengandung vitamin A tinggi sebaiknya juga tidak dipanaskan di dalam wadah styrofoam, karena styrene yang ada di dalamnya dapat larut ke dalam makanan. Pemanasan akan memecahkan vitamin A menjadi toluene. Toluene inilah pelarut styren.

Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Bahkan, beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization' s International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) telah nyata-nyata mengkategorikan styrofoam sebagai bahan carsinogen (bahan penyebab kanker).
(Surabaya-e.health.org) 

Wow gimana parahkan efeknya, yang jelas styrofoam sangat berbahaya jika di gunakan untuk wadah makanan yang bersifat panas, karena bahan kimianya bisa bermigrasi ke makanan, selain itu wadah styrofoam ini tidak ramah lingkungan, tidak bisa diurai dan hanya mencemari lingkungan saja. Jadi bagaimana ni... masih mau pake styrofoam? selanjutnya ya... terserah Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar