Kamis, 29 Desember 2011

Sentani dan Papeda Pertama


Rabu itu selepas kegiatan di Puskesmas Kotaraja Jayapura.. sebelum keberangkatan kami kembali ke Jakarta.

Saya hanya bisa menyebutkan.. "keberuntungan".. saya bisa ada di Sentani menikmati pemandangan air yang begitu luas dengan hiasan gugusan pegunungan dan yang menyertainya.. yap saya berada tepat di pinggir Danau Sentani Papua.. di sebuah rumah makan entah saya lupa namanya yang menyajikan makanan khas papua.

Awalnya tidak pernah membayangkan untuk bisa pergi kesana, sejak pertama kali Kepala Puskesmas menawarkan saya untuk berangkat ke Papua menggantikan tugas beliau menyajikan presentasi. Ragu.. apakah bisa.. apa yang mesti saya sampaikan nanti.. saya hanya seorang staf biasa.. beruntunglah presentasi yang yang akan disampaikan masih berhubungan dengan sanitasi.. sesuai dengan profesi tentunya.. beruntung.. pasti akan mudah.

Akhirnya senin pagi (28-11-2011)  setelah subuh kami (saya, 3 orang staf Kemenkes) berangkat dari Soekarno-Hatta menuju Sentani Papua. 5 Jam lebih penerbangan akhirnya sampai juga di Sentani tepat jam 1.30 waktu papua (selisih 2 jam dari WIB). Panas plus asing sekali berada di sini.. Sentani memang dikelilingi pegunungan tapi panas mungkin karena dekat perairan. Yap saya kini berada di kampung orang.. kulit putih hanya minoritas disini.. tapi mereka tetap ramah.. mungkin terkesan tidak begitu perduli dengan kami. kami pun dijemput dan langsung diantarkan ke Hotel Matoa di Kota Jayapura. istirahat full istirahat.. untuk kegitan besok (Selasa).

Dengan mengendarai Taxi.. yap mereka menyebutnya Taxi.. bukan mobil Taxi sedan seperti di Jakarta tapi lebih kepada minibus sewaan.. mungkin khusus untuk turis dan wisatawan.. harganya pun tidak karuan.. tawar menawar harga adalah usaha yang disarankan... kami berangkat dari hotel menuju Kotaraja, tempat Staf Kemenkes akan melakukan Prsentasi, Pemicuan dan Pelatihan tentang alat pengaman jarum suntik. Saya di sini hanya presentasi mungkin lebih tepatnya sharing..  tentang apa yang saya lakukan di Puskesmas saya, peserta pada hari selasa itu adalah teman-teman seprofesi bahkan ada juga yang dokter, tentunya mereka memang sudah sangat paham. Semuanya berjalan dengan lancar dari Kemenkes melakukan pemicuan tentang pengetahuan limbah B3 Medis dan acara hari itu di tutup dengan peragaan alat dan foto bersama. Sore setelah ashar kami kembali kagi ke hotel. Malamnya sebentar kami jalan-jalan di kota hanya menikmati suasana, dan kembali bersitirahat untuk kegiatan besok.


Presentasi Tim Kemenkes
Pemicuan Limbah B3


  
Peserta Pelatihan

Demo Alat


Rabu ... adalah hari terakhir kami di Jayapura... tapi ada beberapa kegiatan.. yang masih harus diselesaikan.. melihat aplikasi.. apa yang telah disampaikan kemarin.. Selasa malam kami sudah memgurus administrasi hotel.. mengurus pembayaran... sehingga Rabu pagi kami bisa langsung check out.. Kembali  dengan mengendarai Taxi.. belajar dari kemarin saya pun menawar harga serendah mungkin.. deal.. kami berangkat menuju Puskesmas Kotaraja.. itulah tempat kegiatan kami hari itu.. tidak berlangsung lama.. apa yang sudah di sampaikan oleh Staf Kemenkes benar-benar sudah diaplikasikan... dan kami hanya melihat-lihat saja... sedikit bercengkerama saya bersama teman-teman HAKLI Jayapura.. saling bertanya tentang pekerjaan.. masalah-masalah yang dihadapi.. semuanya sama tapi saya sadar bahwa pekerjaan mereka disini jauh lebih berat.. keadaan warga yang mungkin masih primitif.. medan yang berat.. ditambah situasi politik yang tidak kondusif.. menjadi tantangan yang berat bagi Sanitarian di Jayapura. Setelah berfoto bersama.. kami pun pamit.. untuk menuju Bandara Sentani kembali menuju Jakarta.

Aplikasi

Bersama HAKLI Jayapura



Kami diantar oleh Kepala Sanitasi dan stafnya menuju Bandara.. kami pun mampir sejenak disebuah pasar untuk membeli ikan asap... oleh-oleh untuk kami bawa pulang... Tidak lama kami kembali melaju menuju Bandara.. sepanjang perjalanan kami berbincang.. Bapak Kepala banyak menceritakan tentang kiprahnya di Papua.. menunjukan lokasi-lokasi dimana pernah terjadi pertikaian.. menceritakan tentang suksesnya beliau menjalankan usaha sampingan di Papua.. dan betapa jelas terlihat tentang idealisnya beliau.. untuk bisa pensiun muda.. Papua memang elok.. kita akan akan banyak disuguhi pemandangan bukit-bukit.. dengan jalan yang berkelok-kelok.. naik turun, dengan sisi sebelah kiri adalah perarian yap.. “Danau Sentani” .. mata saya hampir tidak luput dari pemandangan disetiap lokasi yang kami lewati sesekali sedikit berkontemplasi.. merenung.. kembali berfikir heran.. tapi senang... Tidak disangka tiba-tiba mobil menepi.. pada sebuah rumah makan tepat di pinggir Danau Sentani.



Subhanallah.. indah nian pemandangannya.. hamparan perairan biru luas dengan dihiasi gugusan bukit.. dibawah terik dan birunya langit siang itu.. terlihat susunan rumah ditepi danau tampak rapi lengkap dengan keramba-keramba yang dipenuhi ikan-ikan hidup yang segar, sesekali terlihat sampan kecil tengah menyeberangi pulau.. yang jaraknya lumayan jauh.. ya.. hanya dengan dayung.. airnya yang jernih.. bahkan ikan-ikan masih dapat saya lihat dari atas sini.. sesekali muncul sesekali tenggelam... terima kasih sudah membawa saya sejauh ini.. inilah hiburan terbaik saya di Papua.. saya sangat menikmati momen ini... padatnya kegiatan membuat kami benar-benar tidak punya waktu berjalan-jalan.. tapi disini saya manjakan mata saya untuk terus tertuju pada setiap pandangan yang tampak tidak berujung sisi demi sisi Danau Sentani.. meski hanya persinggahan sementara.. dan meski hanya beberapa menit saja, dan disini saya merasakan uniknya makanan khas papua “Papeda”.. makanan kental dari sagu... dengan sayur ikan kuah kuningnya.. kita tidak tidak perlu repot mengunyah.. secara otomatis papeda akan langsung masuk ke usus kita.. “sliurrrpppp!”. Ibarat kita bahwa papeda adalah nasi bagi mereka... kini nasi pun sudah masuk tanah papua.. alhasil.. lebih disukai ketimbang papeda sendiri... tertinggal memang... tapi percayalah sesuatu yang khas.. akan tetap dicari dan dicintai orang banyak... karena keunikannya.. karena sejarahnya.. dan karena itulah integritas mereka..

Sentani Lake
Menyantap Papeda

Puas kami menikmati suguhan di pinggir Danau Sentani ini.. kami kembali melanjutkan perjalanan... menuju bandara .. untuk terbang kembali menuju Jakarta.. Sentani – Soekarno-Hatta..



Suguhan singat tapi berkesan, inilah tempat terjauh yang saya singgahi.. “keberuntungan” mungkin itulah modal saya.. tantangan dan sebuah pengalaman.. yang Insya Allah tidak akan lekang dimakan zaman..


Itulah.. Sentani dan Papeda pertama saya.. berharap saya bisa “menyicipinya” lagi.. TERIMA KASIH.

Rabu, 09 November 2011

Galeri Sanitasi


MCK umum bantuan di daerah Kelurahan Ciketing Udik, namun belum bisa dimanfaatkan hingga sekarang karena terkendala listrik. Sosialisasi dan komitmen yang baik mengenai pengelolaan MCK ke depan perlu dilakukan sebelum dibangunnya MCK antara pihak yang memberi bantuan, pemerintah dan masyarakat.



Sumur Tua menjadi cadangan air warga ketika listrik mati, mmm tapi serem juga coz ga ada bibir sumurnya, hati-hati kejeblos ya pa.. bu...



BAB di Empang yuk..? STOP.. ini sama saja kita BAB Sembarangan, keterbatasan ekonomi, pengetahuan yang rendah dan kebiasaan membuat mereka masih melakukan ini. Gambar ini diambil bukan didaerah terpencil tapi masih banyak kita temui di Kota se Metropolitan Bekasi.. Apakah mereka tahu ya.. yap.. masalah sanitasi belum menjadi fokus urusan pemerintah.. mungkin karena kotor dan bau... hehe..



Terminal air menjadi penyalur air bersih untuk kebutuhan warga, sumber airnya berasal dari sumur artesis namun sayang sudah tidak berfungsi lagi. Kurangnya anggaran perawatan tampaknya masih menjadi kendala. Terakhir saya kembali, tandonnya sudah lenyap di telan bumi.


Ada yang mau komentar...?



Airnya mengalir smapah jauh.... Sumur Artesis dengan kedalaman lebih dari 60 m sebagai bentuk kompensasi untuk warga disekitar TPA Bantarggebang karena resiko tercemarnya air tanah mereka, masih banyak warga yang memanfaatkan sarana ini karena kualitasnya lebih baik, namun meski begitu kendala masih ada saja ditemukan.


Ade with NOKIA 6300 2MP

Senin, 26 September 2011

Tidak hanya sekedar tenaga kesehatan dan pasien

Assalamu'alaikum sobat.. off lama banged ni blog, ok ok "kesedihan" ini kita tuangkan saja melalui tulisan ini yah.. hehe... Kali ini saya mau bercerita tentang salah seorang tenaga kesehatan di puskesmas tempat saya bekerja. Yap beliau adalah tenaga pemegang program TB dan kebetulan TB adalah salah satu penyakit berbasis lingkungan. Banyak cerita unik, pengalaman menarik, sampai pada insiden yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup hehe.. lebay. 

Beliau adalah Ibu Ratna Pardede, salah satu perawat senior di puskesmas kami, kami sering melakukan survei TB bersama, menyusuri jalan-jalan sempit, berkelok-kelok, dan berbelok (kotor maksudnya). sudah merupakan kewajiban kita melakukan kunjungan, untuk melihat perilaku, lingkungan dan kondisi kesehatan. Terkadang saya suka terkagum, banyak pasien Bu Ratna yang sudah sembuh masih menyambung silaturahmi dengan Bu Ratna bahkan terkadang datang menemui Bu Ratna datang membawa makanan. hehe.. enak juga ya bu

Hari itu, kami mengunjungi pasien Bu Ratna, pasien ini sudah sembuh tepatnya. Namanya Ibu Oom tinggal di pelosok kampung Sumur Batu. Saya sudah pernah ke rumah Bu Oom sebelumnya tapi tidak dengan Bu Ratna, dan pada hari itu saya pun mengajaknya untuk menemui Bu Oom. Sesampainya disana, ternyata Bu Oom tidak sedang di tempat, kami pun bertemu anaknya ternyata Bu Oom sedang menjemput anaknya disekolah dan sebentar lagi pulang. Kami pun menunggu, karena tampaknya Bu Ratna sangat ingin sekali melihat kondisi Bu Oom. Tidak lama kemudian datanglah Bu Oom, yap dengan suaranya yang lucu, lucu terdengar karena suaranya yang bindeng hehe.. oleh karena itu kita harus betul-betul membutuhkan konsentrasi tinggi untuk menyimak kata demi kata yang dia ucapkan.

Tujuan kami sebenarnya adalah melihat kondisi kesehatan Bu Oom sekarang, fine.. dia baik-baik saja dan tampaknya penyakit TB nya sudah benar-benar hilang. Alih-alih berbicara tentang masalah kesehatan bahwa penyakit yang diderita Bu Oom masih ada hubungannya dengan pekerjaannya sebagai pembersih sampah plastik. Yap disekitar tempat tinggal Bu Oom hampir semua masyarakat bekerja sebagai pemulung di TPA dan mereka sangat beresiko terkena penyakit TB. Sulit memang menyadarkan mereka baru, mungkin jika sudah seperti Bu Oom mereka baru bisa sadar.

Pembicaraan antara Bu Oom dan Bu Ratna terus berlanjut, hingga berlanujut ke curhat, hehe curhat yap.. curhat tentang kondisi keluarganya sekarang, curhat yang ternyata, suaminya berpoligami dan itu sudah berlangsung lama, curhat tentang betapa sulitnya ekonomi mereka, terutama swaktu lebaran kemarin. Saya pun hanya melihat pembicaraan mereka, sesekali tersenyum mendengar suara bindeng Bu Oom hehe, sesekali menimpali namun lebih asik mendengar pembicaraan mereka. Bu Ratna tampak antusias mendengarnya dan sesekali memberi nasihat agar Bu Oom tetap bersabar.

Entah.. tapi mungkin apa saya saksikan waktu itu, adalah sebuah visualisasi nyata.. tidak hanya sekedar hubungan tenaga kesehatan dan pasien, dan saya pun cukup terkagum dengan bu Ratna. di usia yang sudah cukup tua, mungkin 2 - 3 tahun lagi pensiun. Masih memiliki semangat mau mengunjungi orang-orang seprti Bu Oom meski harus bertarung dengan panas dan berbagai resiko yang mungkin bisa terjadi di lapangan.

Saya adalah Bu Ratna adalah partner, dimana kami saling membutuhkan, saling membantu, dan yang terpenting saya masih menunggu pengalaman-pengalaman menarik lainnya dengan beliau.

Satu hal tak mungkin di lupakan Bu Ratna tentang saya adalah Benjolan di kepala yang kini sudah hilang karena terjatuh dari motor berkat kecerobohan saya... hehehe... duh punten maaf ya Bu. dan dia hanya bilang "Udah de jangan diikirin" (sambil memegang benjolan dikepalanya waktu itu)

Senin, 06 Juni 2011

Antara Kebiasaan, Ketidakpedulian dan Keterpaksaan..

Coba perhatikan tulisannya…  Yang Buang Sampah disini Orang2….. titik-titiknya terserah deh mau diisi apa.., plang tulisan seperti ini banyak sekali kita temui pada tempat-tempat sampah, loh kok bisa tempat sampah kan harusnya ditulis dengan tulisan “TPS” atau “Silahkan buang disini tapi bayar” hehe..  Ya iyalah tulisannnya agak sangar, galak, dan terkesan memaki karena ini tempat sampah illegal,  yang pasti ini bentuk ekspresi kekesalan (sarkasme) dari sang pemilik lahan karena lahannya penuh dengan sampah. Tulisan ini tidak ditujukan untuk satu orang, tapi untuk orang banyak, tidak hanya ratusan bahkan ribuan orang (hehe lebayy), sebenarnya yang buang sampah disini …paling… tidak lebih dari 50 orang saja.

Tapi itulah realitanya sekarang, lahan semakin sempit  orang-orang tidak hanya bingung atau pusing saat mengikuti  ujian seleksi masuk perguruan tinggi saja .. yap.. sebenranya tulisan ini saya buat sembari menunggu adik yang sedang mengikuti ujian seleksi masuk perguruan tinggi dari pada menunggu lama, lebih baik saya berpusing-pusing ria juga bikin tulisan ini.. hehe… lanjut ya.. jadi yang pusing itu tidak Cuma orang yang sedang menikuti ujian saja, atau bahkan seorang manager yang sulit mengatur anak buahnya yang bener-bener  susah banged diatur.. atau  seorang karyawan yang pusing memikirkan “ko gaji ga naik-naik ya..” atau juga seorang petugas puskesmas yang pusing keliling nyari cap stempel RT RW.. belum lagi ternyata pa RT RW tidak ada dirumah plus stempelnya juga tidak ada, pastilah tidak ada karena selalu disimpan dijok motor.. nice (pengalaman pribadi nih) .. hehe itu namanya dinamika mas.. tapi juga sekarang orang bisa pusing dan bingung karena sampah..” kemana ni sampah harus di buang”.

Permasalahan klasik ya…!  Seyognya setiap  orang bisa menghasilkan sampah 0,8 -  1 kg perhari (Kementrian Lingkungan Hidup, tahun 2010) kalau 1 KK terdiri dari 4 orang berarti 1 KK bisa menghasilkan 4 kg, kita ambil contoh deh di wilayah saya kerja Kelurahan Bantar Gebang, terdiri dari 7343 KK, berarti dalam 1 hari penduduk di wilayah kelurahan Bantar Gebang bisa menghasilkan sampah sebesar  +  29.736 kg sampah perhari. Terus pertanyaannya, di buang kemana tuh sampah? Yang jelas k tempat sampah lah, nanya lagi ah.. illegal apa legal? Itu dia yang belum bisa terpecahkan… tapi minimal saya punya gambaran.. ternyata usut punya usut.. sebagian besar penduduk di wilayah Kelurahan Bantar Gebang sudah melakukan pengelolaan dan sudah memilki sarana TPS, bagus deh.. tapi mereka yang masih punya lahan besar lebih memilih untuk dibakar sendiri, karena pastinya tidak perlu iuran kan, tapi ada yang lebih parah lagi mereka yang tidak punya lahan dan tidak mau iuran… akibatnya ya seperti gambar diatas ..keluar deh kata-kata makian.. hehe..

PR buat saya dan seluruh Sanitarian tentunya,  Sangat jelas bahwa sampah memang menjadi permasalahan lingkungan di negeri ini, sangat disadari bahwa ini bukan pekerjaan mudah, tidak cukup hanya disediakan lahan tapi juga pengelolaan yang baik, jangan sampai disatu sisi menyelasaikan masalah tapi dikemudian hari malah bisa menimbulkan masalah lain. Contohnya saja truk-truk sampah yang sering saya temui di jalan-jalan, disatu sisi orang senang karena sampahnya sudah terangkut dan lingkungan kembali bersih tapi sepanjang perjalanan truk-truk itu meneteskan leachet-leachet (air sampah) yang sangat bau dan sangat mengganngu terutama bagi kesehatan. Seperti itulah, butuh pengelolaan yang baik juga dana besar terutama untuk perawatan truk-truk pengangkut sampah itu.

Semua itu sebenarnya bisa dikembalikan kepada kita, kita harus mulai lebih bijak memperlakukan sampah karena sebenarnya tidak semua sampah itu bahan tidak berguna, banyak yang bisa digunakan kembali, didaur ulang, dijadikan kompos, atau dikumpulkan dan dijadikan uang, atau bahkan diperbaiki kembali.. tidak mudah memang tapi kenapa tidak kita coba.. tujuannya agar tidak ada lagi gunung-gunung sampah seperti di Bantar gebang (bisa ga ya..?). dan yang penting nih tidak ada lagi plang-plang dengan tulisan aneh, yang sangat mencerminkan kalo kita ni ga gaul.. hehe.. harusnya kan pake bahasa inggris pa.. contohnya gini “do not throw the garbage in this area.. or I kill u..” hehe.. lebih parah lagi itu mah..

Tentunya sudah menjadi harapan semua orang untuk bisa tinggal di lingkungan sehat, karena itulah indikator kesehatan manusia, jadi terakhir saya Cuma mau mengutip kata-kata ibu Dwi (Kasie Kesling Dinkes Kota Bekasi)…
“HIDUP SEHAT DI LINGKUNGAN SEHAT”

Sabtu, 14 Mei 2011

Kotak amal? safety box?


Apa yang anda pikirkan ketika melihat gambar tersebut... yupz itu adalah kotak amal sebuah musholla (orang tulisannya jelas ko..) di sebuah institusi kesehatan..  tapi untuk menjaga privasi dan menghindari pertanyaan pertanyaan dari wartawan-wartawan ga jelas yang suka nyari-nyari kesalahan saya tidak perlu menyebutkan nama intstitusinya ya.. hehe... Lho emang ada yang salah ya? No..! Saya lebih senang menyebutnya unik dan sangat kreatif.. apanya yang kreatif.. ini kan cuma kotak amal?

Sebenarnya ada yang unik dari kotak amal ini yaitu terletak pada wadahnya, yup wadah kotak amal ini sebenarnya adalah tempat sampah khusus dari sampah yang sangat berbahaya dan bisa menimbulkan infeksi bagi manusia. Orang yang bekerja di bidang kesehatan seperti dokter, perawat, bidan,  sudah sangat mengenal wadah ini. Ini adalah SAFETY BOX dari namanya saja sudah jelas "kotak selamat" lho maksudnya? iya maksudnya adalah kotak atau wadah ini didesain khusus untuk melindungi manusia dari bahaya sampah yang ada didalamnya, sekaligus melindungi sampah yang ada didalamnya agar tidak menimbulkan infeksi dan bahaya bagi manusia, wadah SAFETY BOX ini harus digunakan sekali pakai tidak boleh didaur ulang atau digunakan kembali.

Dalam pengkategorian jenis sampah pada institusi kesehatan sampah yang masuk dalam wadah ini adalah termasuk sampah jenis B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) atau umumnya disebut B3 Medis. Sampah medis yang boleh masuk kedalam wadah ini biasanya adalah sampah berupa jarum suntik beserta spuitnya, botol bekas antibotik, dan benda tajam sisa tindakan medis yang dapat melukai dan menimbulkan infeksi penyakit bagi manusia.

Karena kandungan dan isinya makanya kenapa wadah ini harus digunakan sekali pakai. Ketika wadah ini sudah penuh sangat dilarang untuk dibuka kembali apalagi sampai dipindahkan isinya, kerena itu dapat menimbulkan kecelakaan, luka bahkan infeksi bagi manusia atau pengelola sampah.

Kembali lagi nih,  Jadi apa kotak amal itu menyalahi fungsi dan kegunaan. bisa iya.. kalau saja wadah itu adalah wadah bekas (sudah pernah diisi sampah B3 dan sampahnya dipindahkan), tapi jika dari semula wadah itu tidak pernah diisi sampah B3 (baru) dan langsung gunakan sebagai kotak amal, pastinya itu sah-sah saja kan karena itu berarti SAFETY BOX dalam keadaan hygiene, bahkan itu menjadi hal yang unik dan kreatif, karena bentuknya memang sudah mirip kotak amal, dengan lubang kecil diatas untuk dimasukan uang recehan hehe..

Kalau kotak amal terbuat dari kayu, sudah banyak di masjid, kotak amal terbuat dari kaca sudah banyak juga  bahkan di minimarket-minimarket juga banyak, kotak amal dari alumuniun.. ah terlalu mahal memang sih terkesan lebih exlusive tapi sudah banyak juga.. Tapi kalau kotak amal dari SAFETY BOX .. itu baru unik mungkin satu-satunya di dunia.. hehehe.. Bagi orang yang paham maka dia akan mendapat pahala ganda, pertama pahala dari sodakoh yang dia berikan, kedua pahala dari senyuman manis karena melihat betapa uniknya kotak amal ini... (ini bukan fatwa lho..) ingat.. SENYUM ITU IBADAH..

Jadi Kotak Amal dari SAFETY BOX bukanlah menyalahi fungsi hanya pengalihan fungsi ..yang penting harus Hygiene, right.. Terima kasih inspirasinya Pa..!

Kamis, 21 April 2011

Sumur Artesis, airnya kemana?

 IS.. IS.. bukan "is" (bahasa inggris) tapi Inspeksi Sanitasi adalah salah satu tugas yang biasa dilakukan Sanitarian Puskesmas di manapun dia berada. Berawal dari sebuah adanya kunjungan dari Provinsi tentang P2WKSS (Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera), di Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi. yap ... diacara itu sebenarnya hanya kroscek data saja. tapi ups.. disinggung juga tentang masalah sanitasi, terutama masalah akses air bersih yang biasa masyarakat manfaatkan.

Perlu anda ketahui.. (wkwkwk gaya banged) hehe.. Ya. Kelurahan Sumur Batu adalah salah satu kelurahan di bekasi yang terkena dampak langsung dari keberadaan TPA Bantar Gebang, plus dari TPA Kota Bekasi sendiri. Tidak hanya bau dampak yang bisa didapatkan, hingga resiko tercemarnya sumur-sumur dangkal warga, tidak sedikit permasalahan lingkungan yang bisa kita jumpai disini, dari yang sudah disebutkan tadi ditambah adanya kegiatan-kegiatan pemulung dan pendaurulangan sampah, yang justru semakin mengotori lingkungan.

Adanya kegiatan P2WKSS yang berlangsung saat itu sebenarnya teguran juga buat saya, artinya saya harus lebih banyak mengexplore wilayah ini lebih jauh. Saat tim dari propinsi menanyakan perihal masalah air bersih, saya pun tersingat bahwa disumur batu ada 2 Sumur Artesis, namun keberadaan Sumur yang satu lagi belum saya ketahui keberadaannya.. hehe malu2in aja y.. Tapi saya tahu gambaran lokasinya tentunya berbekal IS yang pernah saya lakukan.

Sumur Artesis,.. menurut beberapa sumber yang pernah saya baca kalau sumur artesis ini di buat biasanya melebihi kedalaman 60 m, kebetulan sumur artesis yang ada disekitar TPA Bantar Gebang termasuk yang ada di Kelurahan Sumur Batu memiliki kadalaman 150 m, info dari BPLH Bekasi, Yap Sumur Artesis secara teori adalah dan umumnya dikenal dengan air tanah tertekan atau air tanah terhalang, tertekan karena ternyata air artesis ini umunya dapat secara otomatis tertekan ke permukaan tanpa bantuan pompa, tapi tidak juga selalu seperti itu, terhalang dikarenakan sumber air ini berada diantara 2 lapisan kedap air , maka itu biasanya kualitas airnya jauh lebih baik dibandingkan air tanah dangkal yang umunya kita gunakan. Behubung saya bukan ahli geologi tidak terlalu panjang penjabarnnya ya.. silahkan cari referensi lain.

Yap Sehari setelah kegiatan P2WKSS, saya pun berniat IS fokusnya adalah warga yang memanfaatkan sumur artesis, Berbekal info dan sedikit pengetahuan, saya pun pergi ke lokasi tempat Sumur Artesis itu berada, sedikit tanya sana-sini akhirnya ketemu juga. Yap lokasinya diwilayah RW 04 Kelurahan Sumur Batu. Sumur Artesis ini berbeda dari Sumur Artesis pada umumnya. Tidak memiliki menara airnya. Niat ingin melakukan IS akhirnya hanya menjadi survei saja, saya pun coba bertanya-tanya pada warga sekitar, ternyata airnya tidak keluar sudah 1 mimggu. Saya pikir ini hal yang biasa, mungkin masalah tehnis, kerusakan biasanya, sama pada kasus sumur-sumur artesis di tempat lain. Itulah sebenarnya yang menjadi kendala , kurang baiknya perawatan, Selama ini saya sendiri bingung siapa yang harus kita hubungi kalau-kalau sarana ini mengelami kendala. Menurut info bahwa Sumur Artesis adalah bantuan dari Pemerintah DKI sebagai bentuk dari kompensasi TPA, karena resiko pencemaran TPA terhadap air tanah. tapi belakangan sudah dialihkan kepada BPLH Kota Bekasi, Ups saya tidak mau terlalu jauh mengusik kearah itu, saya terlalu awam, tapi tapi saya pun melaporkan hal ini kepada teman saya ... hehe.. yap teman yang bertugas di BPLH, meskipun bukan bagiannya, pastilah dia akan menyampaikan laporan saya ke bagian yang lebih berwenang.  setidaknya itu dulu yang bisa saya lakukan.

Lalu pertanyaannya dari mana air untuk mandi dan minum jika sumur artesis mati.. Yap.. beruntungnya ternyata sebagian besar masyarakat tidak hanya mengandalkan sumur artesis, mereka masih memiliki sumur air dangkal yang secara fisik masih bagus kualitasnya. meskipun memang ada info dari warga jika hujan air agak sedikit berwarna. mmm warnanya apa ya.. merah, kuning, atau hijau? hehe..

Survei awal sudah... seminggu kemudian saya pun kembali, berharap airnya sudah mengalir, ternyata kondisnya masih sama seperti kemarin, bahkan menurut warga belum ada dari pihak terkait yang datang... yah minimal untuk sekedar memeriksa. Memang betul, bahwa air dari Sumur Artesis bukanlah sumber air bersih utama warga, tapi bukan berarti kita mengabaikan sarana yang sudah ada yang dibangun dengan biaya mahal, minimal harus ada pembinaan kepada warga terkait masalah pemeliharaan dan pemantauan rutin tentunya dari pihak yang lebih mengerti secara teknis, Tujuannya agar kendala-kendala seperti ini bisa segera teratasi. Pastinya sarana ini akan sangat bermanfaat jika musim kemarau tiba, disaat sumur-sumur dangkal warga sedikit mengeluarkan air bersih, di tambah lagi resiko e.coli dari jamban-jamban yang tidak sehat. Jika sarana sudah rusak parah maka pilihan tetap hanya akan ada 2, memperbaiki kembali dengan biaya mahal atau mebiarkannya terbengkalai.

Yah, setidaknya saya lebih bisa mengerti bahwa air itu penting untuk kehidupan kita sekarang dan masa depan, belajar lagi untuk lebih bisa memanfaatkan air dengan bijak tidak membuangnya percuma, dan harus lebih banyak belajar tentang perawatan sarana air bersih, terutama dengan sarana yang berskala besar seperti ini. Lalu, Sumur Artesis, airnya kemana... ? Pastinya sih airnya masih ada...  mungkin hanya kelelahan karena seringnya melayani masyarakat... hehehehe... jadi absen dulu untuk sementara waktu..