Kamis, 21 April 2011

Sumur Artesis, airnya kemana?

 IS.. IS.. bukan "is" (bahasa inggris) tapi Inspeksi Sanitasi adalah salah satu tugas yang biasa dilakukan Sanitarian Puskesmas di manapun dia berada. Berawal dari sebuah adanya kunjungan dari Provinsi tentang P2WKSS (Peningkatan Peran Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera), di Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi. yap ... diacara itu sebenarnya hanya kroscek data saja. tapi ups.. disinggung juga tentang masalah sanitasi, terutama masalah akses air bersih yang biasa masyarakat manfaatkan.

Perlu anda ketahui.. (wkwkwk gaya banged) hehe.. Ya. Kelurahan Sumur Batu adalah salah satu kelurahan di bekasi yang terkena dampak langsung dari keberadaan TPA Bantar Gebang, plus dari TPA Kota Bekasi sendiri. Tidak hanya bau dampak yang bisa didapatkan, hingga resiko tercemarnya sumur-sumur dangkal warga, tidak sedikit permasalahan lingkungan yang bisa kita jumpai disini, dari yang sudah disebutkan tadi ditambah adanya kegiatan-kegiatan pemulung dan pendaurulangan sampah, yang justru semakin mengotori lingkungan.

Adanya kegiatan P2WKSS yang berlangsung saat itu sebenarnya teguran juga buat saya, artinya saya harus lebih banyak mengexplore wilayah ini lebih jauh. Saat tim dari propinsi menanyakan perihal masalah air bersih, saya pun tersingat bahwa disumur batu ada 2 Sumur Artesis, namun keberadaan Sumur yang satu lagi belum saya ketahui keberadaannya.. hehe malu2in aja y.. Tapi saya tahu gambaran lokasinya tentunya berbekal IS yang pernah saya lakukan.

Sumur Artesis,.. menurut beberapa sumber yang pernah saya baca kalau sumur artesis ini di buat biasanya melebihi kedalaman 60 m, kebetulan sumur artesis yang ada disekitar TPA Bantar Gebang termasuk yang ada di Kelurahan Sumur Batu memiliki kadalaman 150 m, info dari BPLH Bekasi, Yap Sumur Artesis secara teori adalah dan umumnya dikenal dengan air tanah tertekan atau air tanah terhalang, tertekan karena ternyata air artesis ini umunya dapat secara otomatis tertekan ke permukaan tanpa bantuan pompa, tapi tidak juga selalu seperti itu, terhalang dikarenakan sumber air ini berada diantara 2 lapisan kedap air , maka itu biasanya kualitas airnya jauh lebih baik dibandingkan air tanah dangkal yang umunya kita gunakan. Behubung saya bukan ahli geologi tidak terlalu panjang penjabarnnya ya.. silahkan cari referensi lain.

Yap Sehari setelah kegiatan P2WKSS, saya pun berniat IS fokusnya adalah warga yang memanfaatkan sumur artesis, Berbekal info dan sedikit pengetahuan, saya pun pergi ke lokasi tempat Sumur Artesis itu berada, sedikit tanya sana-sini akhirnya ketemu juga. Yap lokasinya diwilayah RW 04 Kelurahan Sumur Batu. Sumur Artesis ini berbeda dari Sumur Artesis pada umumnya. Tidak memiliki menara airnya. Niat ingin melakukan IS akhirnya hanya menjadi survei saja, saya pun coba bertanya-tanya pada warga sekitar, ternyata airnya tidak keluar sudah 1 mimggu. Saya pikir ini hal yang biasa, mungkin masalah tehnis, kerusakan biasanya, sama pada kasus sumur-sumur artesis di tempat lain. Itulah sebenarnya yang menjadi kendala , kurang baiknya perawatan, Selama ini saya sendiri bingung siapa yang harus kita hubungi kalau-kalau sarana ini mengelami kendala. Menurut info bahwa Sumur Artesis adalah bantuan dari Pemerintah DKI sebagai bentuk dari kompensasi TPA, karena resiko pencemaran TPA terhadap air tanah. tapi belakangan sudah dialihkan kepada BPLH Kota Bekasi, Ups saya tidak mau terlalu jauh mengusik kearah itu, saya terlalu awam, tapi tapi saya pun melaporkan hal ini kepada teman saya ... hehe.. yap teman yang bertugas di BPLH, meskipun bukan bagiannya, pastilah dia akan menyampaikan laporan saya ke bagian yang lebih berwenang.  setidaknya itu dulu yang bisa saya lakukan.

Lalu pertanyaannya dari mana air untuk mandi dan minum jika sumur artesis mati.. Yap.. beruntungnya ternyata sebagian besar masyarakat tidak hanya mengandalkan sumur artesis, mereka masih memiliki sumur air dangkal yang secara fisik masih bagus kualitasnya. meskipun memang ada info dari warga jika hujan air agak sedikit berwarna. mmm warnanya apa ya.. merah, kuning, atau hijau? hehe..

Survei awal sudah... seminggu kemudian saya pun kembali, berharap airnya sudah mengalir, ternyata kondisnya masih sama seperti kemarin, bahkan menurut warga belum ada dari pihak terkait yang datang... yah minimal untuk sekedar memeriksa. Memang betul, bahwa air dari Sumur Artesis bukanlah sumber air bersih utama warga, tapi bukan berarti kita mengabaikan sarana yang sudah ada yang dibangun dengan biaya mahal, minimal harus ada pembinaan kepada warga terkait masalah pemeliharaan dan pemantauan rutin tentunya dari pihak yang lebih mengerti secara teknis, Tujuannya agar kendala-kendala seperti ini bisa segera teratasi. Pastinya sarana ini akan sangat bermanfaat jika musim kemarau tiba, disaat sumur-sumur dangkal warga sedikit mengeluarkan air bersih, di tambah lagi resiko e.coli dari jamban-jamban yang tidak sehat. Jika sarana sudah rusak parah maka pilihan tetap hanya akan ada 2, memperbaiki kembali dengan biaya mahal atau mebiarkannya terbengkalai.

Yah, setidaknya saya lebih bisa mengerti bahwa air itu penting untuk kehidupan kita sekarang dan masa depan, belajar lagi untuk lebih bisa memanfaatkan air dengan bijak tidak membuangnya percuma, dan harus lebih banyak belajar tentang perawatan sarana air bersih, terutama dengan sarana yang berskala besar seperti ini. Lalu, Sumur Artesis, airnya kemana... ? Pastinya sih airnya masih ada...  mungkin hanya kelelahan karena seringnya melayani masyarakat... hehehehe... jadi absen dulu untuk sementara waktu..