Jumat, 21 Maret 2014

Water Washed Disease

Water-Washed Disease adalah Penyakit karena minimnya Hygiene dan Sanitasi, sebagai contoh : Ascariasis, Ankylostomiasis. (imelda yusuf,2010) Water Washed Diseases adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya jumlah air, dan kebersihan yang buruk (Kesdam 9, 2010).
Water washed diseases adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan hygiene perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada manusia, dan penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis. Dan penyakit ini tidak hanya dipengaruhi kurangnya pemeliharaan kebersihan perorangan, namun juga dipengaruhi oleh kebersihan pada alat-alat, terutama pada alat dapur dan makan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan . (Ehsa, 2010)
Adapun water washed diseases diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1. Infeksi melalui alat pencernaan
Merupakan penyakit infeksi saluran pencernaan yang bersifat feacel-oral. Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur diantaranya “jalur yang melalui air (water borne) dan jalur yang melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed)”.

2. Infeksi melalui kulit dan mata
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan hygiene perorangan yang buruk. Penyakit ini dapat ditularkan dengan penyediaan air yang cukup bagi kesehatan perseorangan.

3. Penyakit melalui binatang pengerat (Chandra, 2011)
MACAM-MACAM PENYAKIT
1. Infeksi melalui alat pencernaan, contoh : 

a. Penyakit Tifoid
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.
Penularan
Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih. Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan).
Faktor pengaruhi penyebaran
1) Kepadatan penduduk
2) Sumber air minum
3) Personal Hygiene
4) Produksi pangan
5) Keterlambatan membuat diagnosis patogenesis
6) Tidak ada vaksin yang efektif yang aman dan murah.
Pencegahan
Pencegahan demam tifoid harus dimulai dari higiene perorangan dan lingkungan, misalnya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air, tidak BAB dan BAK sembarangan, membuang sampah pada tempatnya, menutup hidangan makanan sehingga terhindar dari lalat, mencuci lalapan atau buah-buahan segar secara bersih (Nur jannah, 2011).
b. Cholera
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi.
Penularan
Bakteri Vibrio cholerae berkembang biak dan menyebar melalui feaces (kotoran) manusia, bila kotoran yang mengandung bakteri ini mengkontaminasi air sungai dan sebagainya maka orang lain yang terjadi kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga.Misalnya cuci tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri kolera, Bahkan air tersebut (seperti disungai) dijadikan air minum oleh orang lain yang bermukim disekitarnya.
Faktor pengaruhi penyebaran

Pencegahan
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit kolera adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan. Lainnya ialah meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu, cuci tangan dengan bersih sebelum makan memakai sabun/antiseptik, cuci sayuran dangan air bersih terutama sayuran yang dimakan mentah (lalapan), hindari memakan ikan dan kerang yang dimasak setengah matang.
Bila dalam anggota keluarga ada yang terkena kolera, sebaiknya diisolasi dan secepatnya mendapatkan pengobatan. Benda yang tercemar muntahan atau tinja penderita harus di sterilisasi, searangga lalat (vektor) penular lainnya segera diberantas. Pemberian vaksinasi kolera dapat melindungi orang yang kontak langsung dengan penderita (Erizal, 2008).
c. Disentri
Disentri adalah peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar. Buang air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah. Penyebab umum disentri adalah infeksi parasit Entamoeba histolytica yang menyebabkan disentri amuba dan infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler. Penderita perlu segera mendapatkan perawatan medis, jika tidak dapat mengancam jiwa (Anonym , 2010).
Penularan
Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman diare. Air sumur atau air tanah yang telah tercemar kuman diare, atau makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman diare, atau tidak mencuci tangan sebelum memberikan makan/minum pada bayi/anak, memasak dll yang tanpa disadari sebenarnya tangan telah terkontaminasi kuman diare yang tak tampak oleh mata telanjang.
Faktor Pengaruhi Penyebaran
1) Kualitas sanitasi dan air
2) Personal hygiene
3) Kemiskinan
4) Kepadatan penduduk
Pencegahan
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyakit disentri yaitu dengan memperhatikan pola hidup sehat dan bersih, seperti selalu menjaga kebersihan makanan dan minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga pembawa kuman, menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan tangan secara baik sesudah buang air besar atau menjelang makan atau ketika memegang makanan yang akan dimakan (Puskesmas Simpang empat , 2009).

2. Infeksi melalui kulit dan mata
Contoh :
a. Scabies
Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudig (Noviana, 2008).
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu: Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo (Suara media, 2010).



Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita, misal : baju, handuk, dll (Noviana, 2008).

Penularan

Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat penularan melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk. Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.

Faktor pengaruhi penyebaran
Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini :
1) Keadaan sosial ekonomi yang rendah
2) Hygiene perorangan yang buruk
Kutu Scabies akan lebih mudah menginfeksi individu degan higene yang buruk (jarang mandi dan keramas, jarang mencuci pakaian, handuk dan alas tidur) dibandingkan orang dengan higene baik.
3) Lingkungan yang tidak layak/ sanitasi buruk
Kutu scabies ini sangat suka air yang kotor. Kebutuhan air bersih untuk mandi, mencuci dan kebutuhan kaskus sebagian besar yang dipasok dari air sungai tanpa pengolahan terlebih dulu akan menyebabkan penularan skabies.
4) Perilaku yang tidak mendukung kesehatan
Perilaku sehat dapat dilihat dari kebiasaan menggunakan barang-barang pribadi dan bagaimana mereka memisahkan penggunaan barang pribadi dan bersama. Perilaku yang tidak mendukung kesehatan (sering memakai baju atau handuk bergantian dengan teman, tidur bersama di satu temat tidur) mempermudah kutu scabies menginfestasi dan menginfeksi.
5) Kepadatan penduduk
Kepadatan hunian secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kerapian. Barang-barang (sarung, baju, handuk) yang tidak tertata rapi dan cenderung berdekatan satu sama lain memudahkan kutu berpindah-pindah dari manusia ke barang disekitarnya lalu ke orang lain.
Faktor yang paling berperan adalah kemiskinan dan hygiene perorangan yang buruk (Qory, 2010).
Pencegahan

Untuk mencegah kembali dihinggapi dan untuk mencegah tungau menyebar ke orang lain, ambil langkah-langkah ini:
1) Bersihkan semua pakaian dan kain. Gunakan air panas, air sabun untuk mencuci semua pakaian, handuk dan selimut yang Anda gunakan setidaknya dua hari sebelum perawatan. Keringkan dengan panas tinggi. Dry-clean item Anda yang tidak dapat dicuci di rumah.
2) Buat tungau kelaparan. Pertimbangkan menempatkan perabotan Anda yang tidak dapat dicuci di kantong plastik tertutup dan meninggalkannya di tempat jauh dari ruang anda, misalnya di dalam garasi Anda, selama beberapa minggu. Tungau mati jika mereka tidak makan selama seminggu.
3) Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
4) Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan (Suara media : 2008).

b. Trachoma

Trachoma adalah penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kebutaan bagi penderitanya. Penyakit ini disebabkan oleh tersebarnya bakteri Chlamydia trachomatis di tempat-tempat yang kualitas sanitasinya buruk dan kualitas air yang tidak adekuat. Bakteri-bakteri ini kemudian tersentuh oleh tangan manusia, menempel di tubuh lalat, atau tempat-tempat lain yang nantinya mengontaminasi mata orang yang sehat. Infeksi oleh bakteri ini dapat menyebabkan munculnya jaringan parut pada kornea mata.

Penularan

Reservoir penyakit ini adalah manusia. Cara penularan melalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang terkena infeksi atau dari discharges nasofaring melalui jari atau kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, seperti handuk, pakaian dan benda-benda lain yang dicemari discharge nasofaring dari penderita. Lalat, terutama Musca sorbens di Afrika dan Timur Tengah dan spesies jenis Hippelates di Amerika bagian selatan, ikut berperan pada penyebaran penyakit. Pada anak-anak yang menderita trachoma aktif, chlamydia dapat ditemukan dari nasofaring dan rektum. Akan tetapi, di daerah endemis untuk serovarian dari trachoma tidak ditemukan reservoir genital.

Faktor pengaruhi penyebaran

.Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit dan persebarannya yang meluas. Beberapa di antaranya adalah:
1) Kualitas sanitasi dan air
Lingkungan yang sanitasinya tidak terjaga memungkinkan lalat untuk berkembang biak dengan baik. Lalat dapat menjadi vektor trachoma. Lalat dapat hinggap di mata penderita. Agen yang menempel di tubuh lalat akan dibawanya ke tempat lain,misalnya tempat penampungan air, tangan orang yang sehat, atau bahkan langsung hinggap di mata orang yang sehat. Agen kemudian tersentuh oleh tangan orang sehat. Dan ini berhubungan dengan personal hygiene, jika orang tersebut personal hygienenya kurang terjaga maka ia akan menggunakan tangannya yang tadinya dihinggapi lalat dan mengucek matanya. Pada saat itu agen mulai tersebar di orang yang baru. Hal yang sama akan terjadi lewat tisu atau saputangan yang terpajan, air, dan sebagainya.
2) Personal hygiene
Seseorang penderita trachoma memiliki peluang sangat besar dalam menularkan penyakit ini. Ketika ada salah satu bagian tubuhnya, tisu, atau sapu tangan yang digunakan untuk menyapu matanya maka pada saat itu juga bakteri berpindah dari sumber (mata penderita) ke media perantara (tangan, tisu, sapu tangan). Ketika ada orang yang bersalaman dengan tangan yang telah mengandung bakteri chlamidia kemudian dia menggunakannya untuk mengucek matanyapadahal dia belum mencuci tangannya maka pada saat itu juga penyakit mulai menyebar.
3) Kemiskinan
4) Kepadatan penduduk

Faktor utama yang mempengaruhi persebaran penyakit adalah kualitas sanitasi dan personal hygene manusia. Hal ini karena penyakit ini sebagian besar ditularkan lewat pajanan manusia-manusia atau lewat lalat sebagai vektor.

Pencegahan

Upaya pencegahan penyakit trachoma salah satu di antaranya adalah dengan mengintervensi lingkungan. Caranya adalah dengan membangun sarana sanitasi yang baik dengan sistem pengolahan air limbah yang sehat. Para penduduk diajari agar terbiasa mencuci pakaian di tempat khusus, bukan di sungai. Air limpasannya dapat diolah dengan menggunakan bak kontrol dan activity sludge. Sehingga air bekas mencuci pakaian yang tercemar bakteri chlamydia tidak masuk ke badan air. Selain itu, diharapkan menggunakan sabun dalam setiap aktivitasnya menggunakan air. Aktivitas ini mencakup mencuci pakaian, piring, bahkan mencuci tangan sebelum makan, minum, dan beraktivitas sehingga peluang menularnya bakteri lewat tangan dapat diperkecil.

Selain itu, perlu dibangun akses terhadap air bersih yang tertutup. Warga mungkin dapat tetap menggunakan sumur gali asal sumur selalu ditutup setelah dipakai. Cara yang lumayan aman adalah dengan menggunakan pompa tangan. Output dari pompa tangan adalah air yang murni berasal dari air tanah tanpa terkontaminasi bakteri dari luar.

Sumber air tetap dapat tercemar tanpa adanya perubahan perilaku yang sehat dari masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan sarana-sarana tadi harus diikuti dengan intervensi perilaku masyarakat. Perilaku utama yang harus diintervensi adalah perilaku untuk terbiasa menggunakan sarana yang sudah ada untuk mandi dan mencuci baju serta tidak melakukan aktivitas tadi di sumber air langsung.

c. Peduculosis

Peduculosis adalah gangguan pada rambut kepala yang disebabkan oleh infeksi kutu rambut, yang disebut Pediculus humanus capitis atau Pediculus hamnus var capitis (Ph.capitis). Pediculosis telah dikenal sejak jaman dahulu dan ditemukan kosmopolit (di seluruh dunia).

Penularan


Kutu rambut kepala mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lain. Pada infeksi berat, helaian rambut akan melekat satu dengan yang lainnya dan mengeras, dapat ditemukan banyak kutu rambut dewasa, telur (nits) dan eksudat nanah yang berasal dari gigitan yang meradang. Infeksi mudah terjadi dengan kontak langsung. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan kepala.

Faktor pengaruh penyebaran

Kutu rambut kepala dapat bergerak dengan cepat dan mudah berpindah dari satu hospes ke hospes lain. Mudah ditularkan melalui kontak langsung atau dengan perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya sisir, sikat rambut, topi dan lain-lainnya. Sangat banyak ditemukan diantara anak sekolah terutama gadis-gadis yang kurang menjaga kebersihan rambut kepala.

Anak-anak yang tinggal di pegunungan dengan udara dingin di pagi hari menjadikan enggan atau malas untuk mandi ataupun mencuci rambut saat mereka bersiap-siap pergi ke sekolah. Disamping itu kesadaran masyarakat dan orang tua akan kesehatan dan kebersihan diri anak-anaknya masih tergolong kurang baik. Sebagian besar dari mereka mengeluh dengan rasa gatal yang hebat pada rambut kepala dan adanya borok. Akibat garukan pada kulit kepala mereka. Rasa gatal adalah gejala pertama dan bekas garukan adalah gejala yang khas dari infeksi pediculus humanus capitis.

Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung dan dengan perantara barang-barang yang dipakai bersama-sama. Misalnya : sisir, sikat rambut, topi, dan lain-lain.

Pencegahan
1) Desinfeksi semua perhiasan kepala, syal, mantel, handuk, dan seprei dengan mesin cuci dalam air panas, kemudian keringkan dengan menggunakan panas. Selain itu benda yang akan dibersihkan dapat dimasukkan ke dalam sebuah kantong plastik, disemprot dengan pedikulosid lalu disimpan 2-4 minggu. Sisir dan sikat harus direndam dalam air panas selama 5-10 menit. Perabot dan permadani harus dibersihkan dengan penghisap. Anggota keluarga dan teman sekolah juga harus diobati.

2) Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih. Misalnya dengan pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar. Benda-benda yang terpapar dengan penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi) seharusnya dicuci bila memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan adalah air panas dengan suhu lebih dari 50-55°C selama paling kurang 5 menit.

3) Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi kesempatan untuk terpapar kembali dengan kutu kepala.

4) Periksalah setiap orang yang berada didalam lingkungan rumah tangga pada saat bersamaan, sebelum membersihkan lingkungan tersebut.

5) Bersihkan semua lantai dengan alat penghisap debu, permadani, bantal, karpet, dan semua pelapis meubel yang ada. Semua sisir dan sikat rambut yang digunakan oleh penderita kutu kepala harus di rendam dalam air dengan suhu diatas 130°F( 540C) , alkohol atau pedikulosid selama 1 jam.

6) Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui penggunaan topi, sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan.

7) Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang milik anak secara terpisah di dalam ruang kelas juga dapat mencegah penyebaran kutu ini. (Alchudori, 2010)



3. Penyakit melalui binatang pengerat

a. Leptospirosis

Penyakit Leptospirosis ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri Leptospira yang biasanya di bawa oleh tikus berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan.

Penularan

Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet ( luka ) atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi ( masa mulai terinfeksi sampai pada timbulnya gejala pertama )selama 4 – 19 hari.

Faktor pengaruhi penyebaran

Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir. Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Dengan ini, maka jumlah air bersih untuk mendukung personal hygiene sangat kurang, sehingga dapat memicu penyebaran bakteri leptospira.

Pencegahan

1) Membiasakan diri untuk perilaku hidup sehat.
2) Menghindari makanan dan minuman dari hewan-hewan yang berpotensi menularkan penyakit ini.
3) Mencuci tangan sebelum makan menggunakan sabun dan mencuci tangan selepas bekerja di daerah kotor seperti bekerja di sawah, kebun, sampah, tanah, selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.
4) Menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu boot dan sarung tangan ketika bekerja di tempat kotor atau pada saat banjir.
5) Gotong royong membersihkan lingkungan sekitar.
(Pharos, 2010)

Jumat, 14 Maret 2014

Pemetaan wilayah kerja dengan GPS GARMIN Montana 650


Penggunaan GPS ternyata bisa digunakan untuk pemetaan wilayah kerja bagi sanitarian. Sehingga nantinya bisa diketahui lokasi mana saja yang harus dilakukan pengawasan dan pembinaan.

Salah satu bentuk dokumentasi dari pengawasan TTU/TPM atau Inspeksi sanitasi perumahan yaitu dengan membuat peta wilayah pengawasan dan pembinaan, berikut ini saya coba sajikan lengkah langkah penggunan GPS untuk pemetaan sehingga nantinya kita bisa memiliki peta wilayah pengawasan dan pembinaan lengkap dengan titik lokasi TTU/TPM berada.


     Untuk kesempatan ini yang saya coba sajikan adalah pemetaan untuk pengawasan Depot Air Minum, dengan menggunakan GPS GARMIN Montana 650. Pemetaan DAM dibawah ini adalah hasil praktek kerja lapangan pada kegiatan PELATIHAN PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM yang diselenggarakan di BAPELKES CIKARANG akhir Februari 2014




A.    MENGGUNAKAN GPS
1.      Kalibrasi GPS
2.      Pilih menu “Where you go”
3.      Pilih track, lalu pilih current track, lalu GO
4.      Lakukan tracking untuk menentukan lokasi yang akan dipetakan
5.      Setelah itu buat titik lokasi, pilih ways point
6.      Ubah nama, tentukan nama lokasi

B.     MENHUBUNGKAN GPS PADA KOMPUTER
1.      Install software GPS pada komputer
2.      Hubungkan GPS dengan komputer
3.      Lalu lihat ‘device” pilih internal storage




 Blok “track” dan “ways point”





Rapihkan peta dengan mendelete titik track yg tidak perlu  Lalu pilih “file-export-export selection”  


Simpan data dengan format type “gpx”


C. MENGGABUNGKAN DATA GPS DENGAN GOOGLE EARTH 
    1.      Buka Google earth, pilih lokasi 
    2.      Pilih “file-open”



Setelah itu simpan

 


Inilah hasilnya, peta wilayah praktek kerja lapangan besrta titik lokasi DAM yang ada.

  


Tim :
Ade Risnandar (Kota Bekasi)
Dian Rosdiana (Kota Cirebon)
Naning Rohaeti (Kota Majalengka)
Ayu Nuring PW (Kota Bekasi)
Sri Purnama (Kab. Ciamis)
Anis Rosidah (Kab. Kuningan)
Rahmat Hendra (Kota Sumedang)
Haryanto (Kota Depok)
Irfan Hardiansyah (Kota Sukabumi)
Dadan Kurniawan (Kota Tasikmalaya)